Rahim Pengganti

Bab 150 "Kapan Bulan Madu?"



Bab 150 "Kapan Bulan Madu?"

0Bab 150     

Kapan Bulan Madu?     

"Gak apa apa Mas. Ini udah banyak, nanti gak habis biarin aja di makan Dewa." Daffa ingin protes namun, tidak bisa akhir nya pria itu menyetujui apa yang diinginkan oleh istri nya. Mereka lalu makan bersama, Daffa membeli banyak ayam goreng dan juga krim sup dan sup hangat untuk mereka semua.     

Udara malam dan keadaan Bandung yang memang sedang dingin, membuat makanan tersebut bisa menghangatkan tubuh mereka.     

"Gue nginep sini ya bang. Badan capek banget, ntar lo coba telpon ibu ya. Kalau gue yang nelpon pasti suruh pulang, capek gue," ujar Dewa. Daffa hanya membalas dengan anggukan kepalanya, pria itu juga kasihan dengan sang adik jika harus pulang. Di rumah ini juga ada tiga kamar jadi, Dewa bisa tidur di kamar tersebut. Gina juga setuju akan hal tersebut.     

Setelah makan malam, Daffa langsung menelpon sang ibu. Benar saja, ibu nya menolak dengan hal itu wanita paruh baya itu tidak ingin anak bungsu nya mengganggu ketenangan mereka namun, Daffa menjelaskan semua nya dengan sangat detail hingga akhir nya ibu Sri mau dan memberikan izin untuk Dewa berada di rumah mereka.     

"Kamu tidur di dalam kamar aja Wa. Di sini banyak nyamuk nya," ujar Daffa. Dewa yang masih berada di meja makan hanya menganggukkan kepala nya. "Iya bang, nanti gue masuk ke dalam kamar. Kalau udah mau tidur, sekarang gue di ruang tamu aja," balas Dewa.     

Daffa menganggukan kepalanya, pria itu lalu mendekati sang istri yang saat ini sedang, mencuci piring bekas mereka makan. Sedikit terjadi perdebatan di antara mereka, namun Gina akhir nya mengalah, dan menuruti apa yang diucapkan oleh sang suami. Gina beranjak dari tempat tersebut, lalu duduk bersama dengan Dewa.     

"Bang Daffa itu sangat jarang mau, cuci piring Na. Tapi lihat, saat ini tanpa Omelan ibu dia bisa melakukan semuanya," ucap Dewa.     

Gina tersenyum, wanita itu menatap ke arah sang suami dengan senyuman yang begitu indahnya. Sepuluh menit berlalu, Daffa sudah selesai dengan urusan cuci piringnya. Pria itu lalu, mendekati sang istri. "Ayo tidur. Kamu pasti butuh, istirahat yang banyak karena sudah sangat lelah dengan kegiatan yang terjadi hari ini," ucap Daffa.     

"Wa, gue masuk ke kamar duluan ya. Lo kalau mau, tidur langsung ke kamar atas aja ya," ucap Gina. Dewa yang sudah berpindah menuju ke arah Sofa di mana saat ini pria itu sedang bermain handphone hanya menjawab dengan sangat singkat. Kedua nya lalu masuk ke dalam kamar, tidak banyak hal yang mereka lakukan karena kedua nya sama sama lelah dengan kegiatan hari ini yang begitu banyak.     

***     

Hari demi hari di lalui, oleh mereka dengan banyak hal yang terjadi, beberapa orang di kampus Gina bertanya mengenai Daffa, ada juga berusaha mendekati Gina untuk mencari tahu hubungan diri nya dengan suami nya itu. Bahkan ada yang secara terang terangan, datang dan meminta Gina untuk menjauhi Daffa.     

Sikap yang dilakukan oleh mereka semua nya, hanya di balas dengan acuh tak acuh oleh Gina. Wanita itu tidak memikirkan hal tersebut, yang ada di dalam benak nya hanya fokus untuk kuliahnya tidak lebih dan tidak kurang.     

"Gila ya fans suami lo Na," ujar Dewa. Pria itu membawa beberapa coklat dan bunga, hal seperti ini terjadi saat mereka para wanita yang ada di kampus mengetahui jika Dewa adalah adik dari Daffa. "Bunga coklat, astaga dikiri bang Daffa apaan. Bisa bisa nanti, bang Daffa kena penyakit gula kalau gini. Makan manis manis Mulu," lanjut Dewa. Gina hanya diam, wanita itu fokus dengan beberapa tugas yang harus dikumpulkan hari ini. Begitu juga dengan Sekar dan Acha, ketiga nya tidak peduli dengan apa yang dibicarakan oleh Dewa.     

Sedangkan Akbar sudah menatap Dewa dengan sangat geram. Pria itu seolah tidak tahu, apa yang sedang terjadi saat ini. Dewa sangat tidak peka dengan keadaan, Akbar tahu bagaimana keadaan Gina meskipun wanita itu berusaha untuk baik baik saja, tapi pria itu tahu kalau sahabat nya itu sedang tidak baik baik saja.     

Gina sejak satu Minggu ini menahan, perasaan selama ini juga Gina merasakan hal yang tidak baik. Beberapa fans fanatik sang suami benar benar membuat diri nya tidak aman. Hal itu lah yang membuat, Gina hanya bisa diam saja menanggapi hal tersebut.     

"Lo bodoh atau bego sih Wa. Hal seperti ini harus nya, gak perlu lo bilang sama Gina."     

"Lah Gina nya aja gak marah, orang ini hanya hal biasa aja kok," ucap Dewa. Pria itu masih saja tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh sang sahabat. Akbar menarik nafas nya panjang, pria itu tidak mengerti harus berbuat seperti apa. Sungguh, dirinya ingin melemparkan Dewa ke sudut bumi paling jauh.     

"Terserah lo deh gue gak tahu lah. Lo emang cowok paling gak peka tabu nggak wa."     

Akbar sudah sangat kesal dengan sikap Dewa, pria itu lalu beranjak dari tempat nya. Pergi ke arah kantin untuk membeli minuman. Saat ini kepala Akbar rasa nya, butuh air dingin yang begitu banyak supaya bisa cukup tenang berada di dekat Dewa yang sudah seperti api.     

Dewa yang melihat Akbar seperti terlihat kesal hanya menggeleng geleng kan kepalanya, pria itu tidak mengerti dengan apa yang dilakukan oleh Akbar.     

***     

Pukul 13.00 siang Gina pamit pulang kepada keempat teman teman nya, wanita itu malas berada di kampus. Saat ini Gina seperti musuh bagi para wanita yang fans dengan Daffa, hal itu terlihat dengan sangat jelas. Apa lagi jika Gina dekat dan ngobrol dengan Dewa maka mereka yang mengakui sebagai fans suami nya itu, akan bersikap dengan sangat jelas. Bahkan pernah Gina yang diam saja duduk tanpa ada niat mengganggu orang lain, secara tiba tiba di guyur dengan air hal itu membuat Gina harus berganti pakaian padahal saat itu jam mata kuliah akan di mulai.     

Gina ingin marah, namun tidak bisa wanita itu hanya bisa pasrah. Andai mereka semua tahu, bagaimana kedudukan Gina maka dapat dipastikan mereka semua tidak akan berani melakukan hal seperti itu.     

"Lo kok cepet banget na pulang nya. Di sini aja dulu, masih jam 13.00 juga kok," ujar Sekar.     

"Ada hal yang harus aku kerjakan kak, jadi aku mau pulang aja dulu," balas Gina.     

"Yakin? Kamu gak lagi sakit, kan?" tanya Sekar lagi, wanita itu tidak ingin sesuatu hal terjadi pada Gina. Melihat kekhawatiran di wajah Sekar membuat Gina tersenyum. "Aku baik baik aja kak. Kamu tenang aja. Ya udah guys, gue pulang duluan ya." Semua orang di sana menganggukkan kepalanya. Lalu mata mereka tidak pernah lepas dari menatap ke arah Gina yang semakin menjauh dari mereka.     

Saat ada di parkiran, Gina juga mendengar hal hal yang membuat perasaan semakin kesal, orang orang di sana terus menatap Gina seolah wanita itu adalah orang yang salah.     

"Tuh lihat, sengaja banget deketin Dewa. Biar apa coba kalau gak aau dekatin mas tentara kemarin."     

"Biasalah orang sok sok an hits ya gitu."     

Gina hanya bisa menghela nafas nya, wanita itu tidak tahu harus bersikap seperti apa lagi. Segera Gina masuk ke dalam mobil nya, meninggalkan area kampus dengan segera. Gina tidak mau berlama lama di sana, kepala nya bisa pecah jika harus mendengar hal itu.     

Sedangkan saat ini, Sekar dan juga Akbar sedang menatap ke arah Dewa dengan tatapan yang begitu tajam. Kedua orang itu, sudah kesal dengan tingkah laku Dewa yang tidak pernah peka dengan keadaan yang ada.     

"Kalian berdua kenapa sih?" tanya Dewa yang merasakan tatapan yang diberikan oleh kedua teman nya itu begitu tajam. Tatapan yang membuat Dewa takut, melihat keduanya. "Lo tuh, bikin gue kesal tahu ga Wa. Ya ampun, kenapa sih gue bisa punya teman kayak lo. Orang yang nggak pernah peka dengan keadaan di sekitar, gue pusing banget punya teman kayak lo ini."     

Dahi Dewa berkerut, pria itu tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Sekar. "Maksudnya apaan sih Kar, lo ngomong nya panjang bener, gue kesal jadi nya," ucap Dewa. Sedangkan Sekar hanya mendengus kesal. Wanita itu terlihat ingin mencakar Dewa, jika Acha tidak menghalangi nya. "Wa, lo tahu gak perasaan cewek itu sensitif. Mungkin saat ini Gina bisa menutupi apa yang ada di dalam hati nya, namun, kita gak tahu apa yang ada di dalam sana. Lo dengan seenak jidat lo, ngomong kek gitu tadi. Lo tahu gak perasaan Gina saat itu gimana? Lo gak tahu kan, iya emang Gina gak pernah bilang apapun sama lo tetap apa yang dia rasakan. Lo itu adik ipar nya, harus nya lo bisa mengerti gimana perasaan Gina." Kali ini Acha yang berbicara, Sekar dan Akbar hanya diam kedua nya tidak mau terbawa emosi. Acha kembali menyampaikan apa yang ada di dalam hati nya sejak tadi, bukan hanya Sekar dan juga Akbar yang sudah dongkol kepada Dewa tapi wanita itu juga.     

"Lo pikirin gimana jika hal itu, terjadi sama lo," ucap Acha. Setelah mengatakan hal itu, Acha, Sekar dan juga Akbar pergi meninggalkan tempat tersebut, sedangkan Dewa hanya diam di tempat nya. Pria itu tidak mengerti dengan apa yang terjadi, Dewa mencoba mencerna apa yang diucapkan oleh Acha.     

***     

Gina tidak langsung pulang, wanita itu mampir ke tempat di mana diri nya membutuhkan waktu sendiri, cafe yang tidak ada orang lain tahu. Cafe yang menjadi andalan buat Gina, cafe yang selalu di gunakan Gina untuk berdiam diri.     

"Hallo mbak Gina. Tumben baru muncul, selama ini kemana?" tanya Niko. Gina hanya tersenyum, wanita itu lalu kembali duduk di tempat yang selalu menjadi favorit nya. Tempat yang begitu indah terlihat dari berbagai sudut ruangan.     

"Seperti biasa ya mas. Jangan lupa," ucap Gina. Niko langsung menganggukkan kepalanya, dan mulai membuatkan matcha untuk Gina. Tidak banyak hal yang dilakukan oleh Gina, wanita itu hanya membuka laptop nya dan mulai menyalakan headset bluetooth milik nya yang selalu diri nya gunakan.     

Tak lama, minuman yang dipesan oleh Gina sudah ada di depan mata nya, "Thanks Mas," ucap Gina yang di balas dengan anggukan kepala dan senyum yang begitu lebar. Gina lalu kembali mencari beberapa berkas yang ada, saat ini Gina ingin melupakan apa saja yang sudah terjadi dalam hidup nya beberapa hari yang lalu. Gunjingan yang diberikan oleh beberapa orang, membuat Gina tidak nyaman.     

Selama ini, jika Gina tidak nyaman dengan lingkungan diri nya pasti akan berbincang bincang dengan sang bunda. Namun, kali ini berbeda diri nya sudah menikah dan bagi Gina hal itu sudah tidak boleh terjadi. Sehingga selama ini, diri nya hanya bisa menahan semua nya seorang diri. Menahan apa yang ada di dalam hati nya, menahan rasa sakit yang ada.     

Gina sudah mulai membuka hati nya untuk sang suami, namun, pria itu sedikit ragu dengan apa yang dia lakukan. Gina ragu dengan semua hal yang sudah terjadi, wanita itu tidak tahu apa yang dia pilih adalah hal terbaik untuk mereka.     

Apalagi dengan keadaan ucapan yang selalu Gina dengar, disaat mereka tidak mengetahui status Gina sebagai istri sah Daffa saja sikap mereka sudah seperti itu, gimana jika mereka tahu diri nya adalah istri pria yang sangat dikagumi. Entah apa yang akan terjadi jika mereka mengetahui identitas asli Gina. Bisa bisa diri nya mendapatkan perlakuan yang jauh lebih aneh.     

Drt drt drt     

Ponsel Gina berdetak, tertera nama sang suami di sana segera wanita itu mengangkat panggilan tersebut.     

"Halo mas."     

"Kamu di mana? Kenapa belum pulang, tadi kata Dewa kamu pulang dari jam 13.00."     

Gina menatap ke arah jam yang ada di tangan nya, jam sudah menunjukkan pukul 16.00 itu artinya sudah selama tiga jam diri nya berada di tempat tersebut.     

"Lagi keluar sebentar Mas. Ini juga mau pulang," jawab Gina.     

"Di mana? Mau di jemput?" tanya Daffa.     

"Nggak usah Mas. Ini udah mau pulang, kamu udah di mana sekarang?" tanya Gina balik. Wanita itu juga sambil membereskan barang barang nya, memasukan semuanya ke dalam tas.     

"Sudah di rumah. Di jemput aja ya."     

"Ha ha, gak usah Mas. Ini udah jalan, kamu tunggu aja di rumah ya. Maaf aku pulang nya terlambat," ucap Gina.     

Panggilan tersebut lalu, terputus Gina segera membayar makanan dan minumannya, wanita itu segera masuk ke dalam mobil. Sedikit perasaannya tenang saat ini, meskipun masih ada yang mengganjal di dalam hatinya.     

Tiga puluh lima menit, berlalu mobil yang dikendarai oleh Gina sudah sampai di depan rumah mereka. Saat akan turun Gina bisa melihat suaminya sedang duduk di teras bersama dengan 2 orang anggota yang Gina kenal.     

"Ya sudah Kapt kita pergi dulu nanti kami kasih tahu apa hasilnya," ujar Area.     

Keduanya lalu pergi meninggalkan rumah tersebut. Senyuman manis tertera dengan sangat indah di wajah Daffa pria itu segera memeluk istrinya dengan begitu erat. "Kamu kemana aja jangan buat saya khawatir ya," ucap Daffa.     

Tiba-tiba mendengar ucapan tersebut membuat air mata yang sejak tadi ditahannya menetes dengan sangat deras melihat Hal itu membuat Daffa penuh dengan tanda tanya pria itu berusaha untuk menenangkan sang istri Daffa selalu mengajak Gina masuk ke dalam rumah mereka.     

Di dalam rumah, Gina yang masih di dalam pelukan sang suami terus menangis, wanita itu tiba tiba melow memikirkan hal yang telah terjadi. Ada sedikit rasa takut di dalam benak, Gina saat ini dan hal itu membuat dirinya jadi meneteskan air mata.     

"Ada apa, ceritakan sama saya. Apa yang terjadi, saya menyakiti kamu? Ada hal yang saya lakukan sehingga membuat kamu seperti ini?"     

Pertanyaan demi pertanyaan di lemparkan, oleh Daffa terus menerus namun, Gina tidak juga membalas pertanyaan itu. Daffa mengerti saat ini, istrinya masih butuh waktu untuk bisa menceritakan semuanya.     

"Ya sudah sekarang kamu masuk ke dalam kamar. Mandi, kita akan pergi ke rumah ibu, tadi bapak nelpon mau ajak menantunya makan malam sama sama," ucap Daffa.     

***     

Pukul 19.00 Gina dan Daffa berangkat menuju rumah kedua orang tua Daffa.     

"Mas kita mampir ke toko cup cake di depan ya."     

"Buat apa?" tanya Daffa.     

"Mau beliin ibu cup cake. Lumayan buat, makanan tambahan setelah makan malam Mas," ujar Gina. Mendengar hal itu membuat Gina tersenyum. Istrinya itu selalu bisa membuat diri nya bersyukur dengan kehadiran Gina.     

Mobil yang dikendarai oleh Daffa sudah sampai di salah satu toko kue langganan keluarga ayah Bian, Gina juga bercerita mengenai banyak hal tentang toko kue ini. Toko yang selalu dijadikan tempat keluarnya untuk berkumpul. Mengingat hal itu membuat Gina menjadi merindukan kedua orang tua nya, Ayah Bian dan Bunda Carissa selalu mengirimi dirinya pesan singkat yang terkadang berisikan satu hal yang sama.     

Kedua orang itu selalu mengirim pesan yang sama, kenapa bisa sama karena apa yang dikirim oleh ayah Bian maka akan di kirim juga oleh bunda Carissa. Awal nya Gina terlihat bingung tapi diri nya tahu jika kedua orang tua nya itu sedang merindukan diri nya.     

"Nanti kita mampir ke rumah ayah dan bunda. Sudah lama kita tidak ke rumah mereka, saya tidak mau menjadi menantu durhaka nanti," ujar Daffa. Mendengar hal itu membuat Gina begitu bahagia, wanita itu sangat bangga menjadi istri seorang prajurit seperti Daffa. Bukan hanya kepada negara suaminya itu setia namun, dengan diri nya Daffa benar benar menunjukkan bahwa diri nya begitu bahagia.     

Setelah selesai dari toko kue, mereka langsung pergi menuju ke rumah. Tidak membutuhkan banyak waktu kedua nya sudah sampai di rumah kedua orang tua Daffa. Meskipun bapak Joyo masih bertugas di kantor, mereka sudah tidak tinggal di asrama lagi hal itu mulai terjadi sejak Dewa lulus SD.     

"Menantu ini sudah datang, sini duduk dulu nak." Penyambutan yang begitu hangat, membuat Gina selalu betah berada di rumah mertua nya. Ibu Sri dan bapak Joyo tidak pernah membeda bedakan diri nya dan kedua anak nya, kedua orang tersebut selalu memperlakukan Gina baik seperti anak sendiri dan hal itu benar benar membuat Gina semakin betah.     

"Ini cup cake kesukaan bapak dan ibu, maaf Gina cuma bisa beli ini. Soalnya tadi banyak kerjaan kampus Bu, tapi nanti Gina bakalan bikin yang lain lagi buat ibu dan bapak," ujar Gina. Mendengar hal itu membuat Daffa tersenyum, sepanjang jalan tadi Gina juga sudah mengatakan hal tersebut namun, Daffa selalu bisa menenangkan istrinya meskipun Gina masih was was. "Ibu dan bapak meminta kalian ke sini, juga bukan minta di bawakan banyak makanan nak. Dengan kalian datang, ibu dan bapak sudah sangat bahagia sekali," jelas ibu Sri.     

"Iya … bapak malahan senang kalian di sini, nanti kalian harus menginap biar bapak bikinkan ikan bakar," ucap bapak Joyo. Pria paruh baya itu sudah seperti ayah Bian bagi Gina dan hal itu benar benar membuatnya begitu bahagia.     

Saat ini, yang selalu diajak untuk berbicara adalah Gina saja. Daffa dan juga Dewa hanya melihat seolah kedua orang itu adalah orang asing yang hanya bisa di minta jadi penonton saja.     

"Ibu bapak makanan sudah siap," ujar mbok Jum. Wanita yang sudah lama, bekerja bersama dengan ibu Sri dan pak Joyo. Sejak Daffa kecil hingga saat ini, wanita itu selalu menemani ibu Sri kemana pun, bahkan sudah seperti keluarga sendiri.     

"Ayo makan." Ajakan dari pak Joyo membuat mereka semua segera menuju meja makan. Gina dengan sigap mengambilkan makanan untuk sang suami, melihat hal itu semakin membuat ibu Sri senang. Menantu pilihannya tidak pernah salah, apa yang dia lihat pertama kali pada Gina sudah membuat ibu Sri jatuh hati dan menginginkan Gina menjadi anak menantunya.     

Makan malam ini begitu indah, canda tawa yang sering di lontarkan oleh pak Joyo membuat Gina begitu bahagia, kehangatan yang dia rindukan dari kedua orang tua nya bisa di dapatkan juga dari kedua orang tua sang suami.     

"Makan yang banyak nak. Ini mbok Jum, sengaja bikin banyak untuk kamu, dia tahu kalau kamu suka banget sama udang," ucap ibu Sri.     

"Ini sudah banyak kok Bu. Mbok Jum terima kasih ya," ucap Gina.     

Mbok Jum yang juga ikut makan menganggukkan kepalanya, di rumah ini meskipun mbok Jum adalah asisten rumah tangga namun, wanita itu selalu makan bersama dengan kedua orang tua Daffa di meja yang sama, hal itu sudah terjadi sejak lama. Dan Gina menjadi semakin kagum dengan keluarga sang suami.     

***     

Selesai makan malam bersama, mereka kembali melanjutkan obralan singkat mereka. Tadi Gina ingin membantu mbok Jum mencuci piring namun, diri nya di larang sehingga membuat Gina hanya bisa duduk di sofa ruang tamu.     

"Sudah gak apa apa. Mbok Jum, memang seperti itu, tidak mau pekerjaan nya di ganggu. Kadang sama ibu juga gak mau," jelas ibu Sri. Ketika melihat raut wajah tidak nyaman dari menantunya, ibu Sri tahu jika Gina bukan tipe orang yang tidak mah bekerja.     

"Iya Bu," jawab Gina.     

"Gimana kesatuan bang, ada masalah serius?" tanya bapak Joyo.     

"Gak ada sih pak. Semua baik baik saja, dan terkontrol dengan baik," jawab Daffa.     

"Bagus itulah yang bapak inginkan selama ini, kamu harus bertugas dengan baik. Ingat ada istri yang menjadi tanggung jawab kamu," balas bapak Joyo. Daffa menganggukan kepalanya, melihat hal itu membuat hati Gina menghangat.     

"Kalian kapan bulan madu?"     

Pertanyaan tersebut membuat Daffa dan Gina saling menoleh satu dengan lainnya, kedua nya bingung harus menjawab apa dari pertanyaan yang ditanyakan ibu Sri.     

##     

Selamat membaca dan terima kasih. Love you guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.